Jumat, 25 Maret 2011

Sepak Sawut

Dahulu, sepak sawut merupakan rangkaian ritual adat, dimainkan saat membuka ladang berpindah/saat menunggu jenazah (untuk umat Kaharingan). Sekarang olahraga rakyat itu secara rutin dimainkan pada setiap perayaan ulang tahun kabupaten atau provinsi di Kalteng.

Sepak sawut merupakan permainan tradisional yang banyak digemari oleh masyarakat bukan hanya kalangan muda tetapi banyak juga orang tua yang menggemari permainan yang satu ini terutama warga masyarakat Kalimantan. Sepak sawut yaitu sebuah permainan seperti permainan sepak bola pada umumnya. Namun yang membedakan dengan permainan sepak bola yaitu pada bola yang digunakan untuk bermain merupakan bola yang berapi...

Bolanya dapat terbuat dari bongkahan sabuk kelapa tua yang telah kering dengan terlebih dahulu airnya dibuang lalu bongkahan tersebut direndam menggunakan
minyak tanah. Tujuannya supaya minyak meresap kedalam serat-serat bola kelapa tersebut. Supaya lebih seru lagi permainan ini dimainkan pada malam hari. Ini memiliki keindahan tersendiri, karena penerangan hanya menggunakan lampu seadanya dan cahaya kebanyakan bersumber dari bola api yang dimainkan. Peraturan main juga hampir sama, tidak berbeda jauh dengan main sepak bola pada umumnya yang terdiri dari dua gawang, gawang kita dan gawang musuh. Satu tim terdiri dari lima orang pemain. Lapangan yang digunakan tidak berbeda jauh dengan luas lapangan bola basket. Pertandingan dipimpin oleh seorang wasit. Siapa yang banyak memasukkan bola ke gawang lawan maka tim tersebut yang dinyatakan sebagai pemenang dalam lomba.
ahulunya sepak bola yang satu ini dimainkan pada saat orang ingin membuka ladang berpindah. Karena kebanyakkan pada tempo dulu di Kalimantan ham
pir semua kegiatan dilakukan secara gotong-royong seperti membangun rumah, membuka ladang, menanam padi, memanen padi yang dilakukan secara bersama-sama atau dalam bahasa daerahnya “handep”. Permainan sepak sawut sekarang sudah agak jarang kita temukan. Artinya permainan ini hampir langka hanya pada waktu-waktu tertentu saja kita dapat menyasikannya, misal pada perayaan ulang tahun Propinsi Kalteng, ulang tahun kabupaten, festival-festival budaya.

Pasti yang terlintas dalam benak kita sekaligus menjadi pertanyaan yang segera membutuhkan jawaban bahwa apakah para pemain sepak sawut tersebut tidak merasa sakit/panas karena api bersentuhan langsung dengan kaki para pemainnya? Para pe
main juga tidak menggunakan sepatu dalam bermain seperti main bola pada umumnya. Selama ini tidak ada yang sampai terbakar atau merasa sakit setelah main sepak sawut. Akan hal tersebut saya kurang terlalu mengerti juga. Yang pasti para pemainnya tidak terlalu memikirkan hal tersebut dan mereka merasa menikmati pertandingan yang berlangsung.
Apabila budaya seperti itu dapat terus dilestarikan sebagai generasi muda Kalimantan maka tidak menutup kemungkinan budaya tersebut menjadi tontonan yang menarik bagi ratusan orang dari pulau yang berbeda atau para turis mancanegara yang datang untuk berkunjung ke Kalimantan hanya ingin menyaksikan pertandingan yang tidak akan terlupakan. Artinya dapat menjadi suatu objek wisata yang bakal banyak digemari. Secara tidak langsung akan meningkatkan perekonomian daerah melalui sektor pariwisata. Ekonomi masyarakat akan tumbuh dan banyak sektor lain juga yang akan berkembang oleh hal itu.
satu tim hanya diperkuat lima orang dengan ukuran arena seluas lapangan bola basket.

Permainan Beklen (Bekel)

Bekel

Permainan bekel menggunakan bola berwarna-warni yang terbuat dari karet dan biji berbentuk khusus yang terbuat dari kuningan.
  • Cara bermain:

    Setelah menentukan giliran siapa yang mulai lebih dulu, permainan dimulai dengan melemparkan bola keatas dan menghamparkan biji. Setelah bola memantul sekali, bola harus diambil kembali.

    Kemudian, pemain harus mengambil satu per satu biji yang terhampar secara langsung. Setelah terambil semua, biji dihamparkan kembali dan diambil kali ini sekaligus dua buah biji. Begitu selanjutnya sampai sejumlah biji yang dimainkan. Setalah mengambil biji secara langsung selesai, maka kini pemain harus mengubah biji menjadi bentuk tertentu sebelum diambil. Urutan posisinya adalah pit (bentuk seperti kursi), ro (kebalikan posisi pit), cin (singkatan licin yaitu posisi miring tanpa ada bintik di permukaan biji) dan peng (singkatan bopeng yaitu posisi miring dengan ada bintik di permukaan biji). Biji yang dipergunakan umumnya berjumlah 6 sampai 10 biji.

    Pemain akan kehilangan gilirannya apabila bola memantul lebih dari sekali, tidak dapat menangkap bola, lupa mengubah salah satu biji menjadi posisi tertentu saat sudah mencapai tahap pit, ro, cin atau peng, atau menyentuh biji lain saat mengambil biji yang harus diambil. Pemenangnya adalah yang mencapai tahap paling tinggi.
 


Manfaat :
  • Melatih koordinasi visual-motor.
  • Melatih meningkatkan konsentrasi.
  • Meningkatkan kemampuan kontrol gerakan jari-jari dan tangan.
  • Kemampuan mempertahankan posisi tubuh.
 

Gasing

Suku dayak merupakan suku penghuni bumi tambun bungai. Dari jaman dulu hingga jaman sekarang permainan tradisonal secara turun temurun dimainkan. Nah permainan yang tidak asing lagi di telinga para masyarakat uluh itah adalah Bagasing (bayang kuan uluh ngaju). Walaupun jaman kian modern tapi permainan ini tetap masih populer dikalangan anak – anak pedalaman suku dayak ngaju.

A. Gasing Balanga

 
Gasing Balanga juga merupakan jenis gasing tradisional Suku Dayak khas Kalimantan Tengah yang sering dipermainkan dalam tradisi "Bagasing". Jika pada Gasing Pantau mampu berputar lebih lama serta mengeluarkan bunyi yang nyaring, maka tidak demikian halnya dengan Gasing Balanga, gasing jenis Balanga ini adalah gasing yang umumnya dibuat dan dimainkan untuk tujuan diadu dengan gasing lain.

Tradisi mengadu Gasing Balanga ini dikenal warga masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah dengan sebutan Batikam yakni mengadu ketahanan Gasing Balanga saat satu sama lain saling bersentuhan. Dalam kegiatan Batikam ini tidak jarang salah satu gasing akan pecah atau terbelah akibat benturan yang sangat keras. Gasing yang terjatuh, keluar dari arena permainan, apalagi sampai terpecah maka secara otomatis akan menjadi pihak yang kalah.

Bentuk Gasing Balanga menyerupai sebuah tempayan atau dalam Bahasa Dayak Kalteng dikenal dengan istilah "Balanga". Ukuran Gasing Balanga atau gasing aduan ini biasanya memiliki diameter lingkaran sekitar 9 Cm dan tinggi sekitar 7 Cm.

B. Gasing

 
Gasing Pantau merupakan satu diantara jenis gasing tradisional khas Provinsi Kalimantan Tengah, Dalam budaya masyarakat Dayak Kalteng tradisi memainkan gasing ini dikenal dengan istilah "Bagasing". Gasing Pantau adalah gasing yang dimainkan sedemikian rupa agar dapat berputar dalam waktu yang cukup lama. Ciri khas Gasing Pantau yang membedakannya dengan jenis gasing tradisional khas Kalteng lainnya yakni Gasing Balanga adalah Gasing Pantau mampu mengeluarkan bunyi.

Perpaduan antara lamanya perputaran gasing pada suatu poros dengan dinamika nada yang dikeluarkan oleh Gasing Pantau inilah yang membuat jenis gasing ini cukup menarik dan sering diperlombakan pada berbagai festival seni dan budaya Suku Dayak. Gasing Pantau yang mampu berputar lebih lama dan mengeluarkan bunyi yang nyaring biasanya akan keluar sebagai pemenang.

Pada zaman dahulu, sebelum Gasing Pantau dikenal sebagai salah satu perlombaan yang sering dipertunjukan pada berbagai festival kebudayaan Dayak, Gasing Pantau dahulu juga sering digunakan pula pada berbagai ritual-ritual adat Suku Dayak di Kalimantan Tengah seperti pada upacara ritual suku dayak pada saat menyambut panen sebagai ungkapan syukur kepada sang pencipta.